Rabu, 29 April 2009

Teknik penulisan naskah berita radio


Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan pembuatan naskah berita media cetak.
Karena radio mengandalkan telinga pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS - Keep It Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan.
Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam menulis naskah dan berita radio adalah:
jangan menggunakan kalimat majemuk
jangan menggunakan kata-kata negatif
jangan menggunakan kalimat pasif
jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka apalagi angka-angka rumit. jika terpaksa, harus disederhanakan dengan menggunakan kata ’sekitar, berkisar, antara, kurang lebih’ dan lain sebagainya
jangan terlalu banyak menggunakan singkatan
jangan terlalu banyak memakai istilah asing
untuk memudahkan penyiar / newscaster, tulis nama, angka atau istilah dalam bahasa asing sesuai cara bacanya. Misalnya: 270 ditulis duaratus tujuhpuluh. Writer ditulis wraiter, dll
biasanya pangkat/titel/gelar tidak perlu digunakan, kecuali jika memang terkait erat dengan isi berita
ingat, satu berita satu cerita, satu kalimat satu ide
biasakan membuat lead atau kepala berita yang bisa menarik perhatian pendengar.
durasi berita jangan terlalu panjang .
Sumber : radioclinic.com
Posting : radio akbar fm

Senin, 06 April 2009

1 April Diusulkan Jadi Hari Penyiaran

Beberapa kalangan dan pemerhati dunia penyiaran di Jawa Tengah mengusulkan supaya Tanggal 1 April dijadikan sebagai Hari Penyiaran Nasional. Selain itu, mereka mengusulkan agar Mangkunegara VII (MN VII) sebagai Bapak Penyiaran Nasional. Usulan tersebut, menurut mereka, didasarkan pada fakta bahwa pada 1 April 1933 merupakan kali pertama lahirnya penyiaran radio modern milik pribumi yang penetapannya dilakukan di Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, saat dipimpin MN VII. Deklarasi untuk mendukung usulan tersebut dilakukan di Solo kemarin. Acara tersebut diikuti himpunan elemen penyiaran di Kota Solo dan sejumlah tokoh seperti Gesang dan Waldjinah. ”Pada 1 April 1933 lahir Solosche Radio Vereneeging (SRV),” kata anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Tengah Hari Wiryawan yang juga hadir dalam acara tersebut. Red

Sumber : kpi.go.id
Posting : radio akbar fm